Cerpen Tentang Kesehatan Mental
Dengan membaca cerpen tentang kesehatan mental maka kita sebagai pembaca dapat melihat dan merasakan dari sudut pandang pelaku pertama. Mengingat gangguan kejiwaan saat ini tidak memandang umur dan status sosial.
Ada banyak jenis gangguan kejiwaan yang perlu kamu ketahui. Diantaranya adalah Skizofrenia yang ditandai dengan gangguan panca indra sehingga dapat menyebabkan halusinasi. Depresi yang dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani, OCD yang saat ini banyak menimpa para artis dan jenis gejala gangguan lainnya.
Akan tetapi, bagi yang kesehatan mentalnya sedang terganggu tidak usaha panik apalagi merasa berbeda. Karena cerpen berikut ini akan membuatmu merasa lebih tenang dan menemukan gambaran serta solusi yang tepat.
Cerpen tentang Kesehatan Mental
Jika dilihat, kepribadian cika yang aktif sekilas seperti anak normal pada umumnya. Namun di waktu tertentu Ibunya sering melihat Cika asik berbicara sendiri dengan suasana emosional yang berbeda.
Melihat pola tingkah anaknya yang seperti itu, Ibunya Cika yang bernama Linda diam-diam datang ke Sekolah tempat anaknya mengenyam pendidikan.
Ia sengaja datang untuk bertemu dengan Ibu Nabila guru Psikolog di tempat anaknya bersekolah.
Mereka berdiskusi dan merasa khawatir dengan mental Cika dan siswa lainnya. Linda yang sekaligus teman dekat Ibu Nabila menyarankan dan memberi support pihak sekolah mengadakan tes kejiwaan untuk anak-anak.
Bukannya Linda tidak mau membawa Cika ke rumah sakit untuk tes kejiwaan, ia sengaja melakukan itu supaya Cika tidak merasa ada yang aneh dengan dirinya.
Linda hanya ingin Cika mengetahui secara langsung supaya tidak ada rasa panik yang berlebihan apabila benar Cika mengidap gangguan kejiwaan.
Singkatnya di hari yang sama, sekolah mengumumkan melalui suara pengeras bahwa ada tes kejiwaan di hari Jum'at khusus siswa kelas 3 SMA. Pihak sekolah meminta semua siswa kelas 3 hadir di lapangan pukul 08.00 WIB.
Sontak siswa kelas 3 termasuk Cika merasa senang mendengar kabar tersebut. Mereka sangat bahagia karena hari itu tidak ada kegiatan belajar di kelas dan akan pulang cepat.
Pulang sekolah Cika bercerita kepada ibunya bahwa besok ada tes kejiwaan di sekolahnya.
"Besok di sekolah Cika ada tes kejiwaan. Menurut Cika aneh deh, biasanya kebanyakan sekolah itu kan mengadakan tes yang lain seperti narkoboy, bukan kejiwaan." Ucap Cika sambil minum jus jeruk dinginnya.
" Jangan suka asal berbicara. Kesehatan mental itu juga penting. Besok kamu harus ikut tes ya. Punya gangguan kejiwaan bukan berarti kamu gila. Ingat itu ya Cik!" Jawab ibu dengan santai dan tersenyum.
" Siap ibu negara, laksanakan." Cika tersenyum lebar.
Esok harinya Cika berangkat sekolah dengan semangat. Karena ia tahu tidak ada kegiatan belajar, Ia tidak menggendong tas seperti biasanya.
Cika hanya membawa tote bag kanvas berwajah V salah satu member BTS dengan isi air minum dan cemilan yang ia sukai.
Setibanya di Sekolah Cika dan teman-temannya langsung duduk di lapangan indoor sekolahnya.
Mereka mengerjakan tes kejiwaan secara serius tanpa melihat jawaban satu sama lain. Tes kejiwaan dilakukan selama tiga jam.
"Anak-anak waktu sudah habis. Selesai maupun tidak selesai harus dikumpulkan ke Pak Togar dan Ibu Liya ya! Tolong semuanya tertib dan langsung duduk di tempatnya masing-masing." Ucap Ibu Nabila memberi arahan ke para siswa.
" Kegiatan hari ini sudah ibu cukupkan. Setelah ini kalian pulang kerumah masing-masing ya. Hasil test nya akan diumumkan hari selasa. Jadi, selasa besok setelah istirahat kedua kalian harus hadir ke lapangan ya anak-anak." Tambah Ibu Nabila.
Para siswa yang mengikuti tes kejiwaan pulang kerumah masing-masing. Begitu juga dengan Cika yang pulang dengan perasaan bahagia karena bisa pulang cepat dan bisa tidur siang.
Singkatnya, hari yang ditunggu Cika tiba juga. Ia dan teman-temannya merasa gugup dengan hasilnya. Cika berusaha meyakini dirinya kalau ia tidak apa-apa, ia juga mengingat perkataan ibunya bahwa jangan panik.
Waktu istirahat kedua pun selesai. Para siswa membawa tasnya untuk hadir ke lapangan indoor sekolah.
Mereka memperhatikan dokter kejiwaan dan ibu Nabila yang berbicara di depan. Pengumuman pun tiba. Ibu Nabila memegang mikrofon dan memperhatikan siswa yang hadir.
"Ibu tidak akan lama bicaranya. Terima kasih anak-anak ibu yang sudah tertib dari awal tes hingga akhir. Alhamdulillah hasilnya anak-anak ibu tidak ada yang mengidap gangguan kejiwaan. " Ucap Ibu Nabila.
Anak-anak bersorak kencang, begitu juga dengan Cika yang ikut lega mendengar perkataan ibu Nabila, guru psikolog di sekolahnya.
"Ibu tidak akan mengumumkan siapa siswa tersebut, tetapi ada satu teman kalian yang mengalami gangguan jiwa." Ucap Ibu Nabila.
Setelah pengumuman berakhir, semua siswa pulang kerumah masing-masing dengan rasa penasaran siapa siswa tersebut yang memiliki gangguan jiwa.
Setiba di rumah ia bertingkah seperti biasa. Cika tidak memikirkan lagi siapa yang mengalami gangguan jiwa di sekolahnya.
Hingga di waktu sore, ibunya memanggil Cika untuk datang ke ruang tamu. “Sini Cik, ada tamu .’’ Ucap Ibu.
Sore itu ibu Nabila datang ke rumah Cika. Tatapan Cika sangat tidak heran, karena hal ini bukan yang tidak biasa.
Ibu Nabila dengan Ibunya sudah berteman sejak lama, dan hari ini bukan pertama kalinya ibu Nabila datang ke rumah.
" Halo Ibu Nabila." Sapa Cika dengan sopan.
" Cika, sini duduk. Kamu penasaran nggak si sama salah satu siswa yang memiliki gangguan kejiwaan?". Ibu Nabila bertanya kepada Cika.
"Penasaran banget bu. Bukan Cika saja yang penasaran. Semua anak di sekolah penasaran siapa siswa itu. " Jawab Cika dengan antusias.
" Iya yah, bener juga kamu. Ibu kesini mau kasih tahu siapa siswa itu. Siswa itu kamu Cika. " Ucap ibu Nabila tanpa basa-basi.
Cika yang mendengar perkataan Ibu Nabila sontak terkejut sekali. Awalnya ia merasa Ibu Nabila hanya bercanda saja. Mengingat Ibu Nabila adalah guru dan teman yang humoris dan suka bercanda.
" Beneran sayang, kamu mengidap Skizofrenia. Kamu suka halusinasi berlebih seperti melihat atau mendengar sesuatu bukan?". Tanya Ibu Nabila.
Hmmm… aku memang suka halusinasi, tapi aku hanya mikir ini pasti aku indigo dan ada hantu yang ingin iseng saja." Jawab Cika.
"Sayang, hantu itu tidak ada. Ingat yang ibu bilang kan? Memiliki gangguan jiwa bukan berarti gila. Jadi, tidak apa-apa Cik, nanti kita ke chek kesehatan mental kamu ya, Mau ya Cik?" Ucap ibu dengan lembut.
" Iya, Cika mau bu". Jawab Cika dengan senyum.
Akhirnya Cika mengetahui siapa anak tersebut yang memiliki gangguan kejiwaan, yang tak lain adalah dirinya. Cika merasa bersyukur dengan kehadiran Ibu Nabila dan Ibunya yang memberi tahui secara langsung dan menenangkan dirinya.
Baca juga : Cerita sedih tentang cinta ldr.
Demikianlah cerpen tentang kesehatan mental yang mengisahkan seorang siswi bernama Cika yang terkena Skizofrenia sehingga menyebabkan ia sering berhalusinasi.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas yaitu mengalami gangguan kejiwaan bukan berarti gila namun harus ditangani dengan tepat dan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Peran semua pihak terutama keluarga sangatlah penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca juga artikel terkait:
Posting Komentar untuk "Cerpen Tentang Kesehatan Mental"
Jika ada pertanyaan silahkan tanyakan di kolom komentar